Sunday, 6 March 2016

Makalah tentang klasifikasi dan karakteristik ilmu  dalam islam

Di susun
O
L
E
H

NAMA : FEPRI SAPUTRA
NIM : 140170005

 








TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
TAHUN AJARAN 2015

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Agama Islam.
Agama  sebagai  sistem  kepercayaan  dalam  kehidupan  umat  manusia  dapat  dikaji  melalui  berbagai  sudut  pandang.  Islam  sebagai  agama  yang  telah  berkembang  selama  empat  belas  abad  lebih  menyimpan  banyak  masalah  yang  perlu  diteliti,  baik  itu  menyangkut  ajaran  dan  pemikiran  keagamaan  maupun  realitas  sosial,  politik,  ekonomi  dan  budaya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan Dengan Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu dalam islam, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Malikussaleh.Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari parapembaca.
Lhokseumawe,        September 2014
Penulis


 fepri saputra



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 1
A.    LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 5
BAB II KARAKTERISTI DAN KLASIFIKASI DALAM ISLAM 1
A.    PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN 5
B.     KARAKTERISTIK UMUM ILMU PENGETAHUAN 5
C.     KLASIFIKASI ILMU 5
D.    KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU5
1.      PENGHARGAAN TERHADAP ILMU5
2.      PERINTAH MENUNTUT ILMU5
3.      MODEL KEWAJIBAN 5
BAB III KESIMPULAN 1
1.      KESIMPULAN5
2.      SARAN5
DAFTAR PUSTAKA1





























BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap.Ilmu pengetahuan ini merupakan implementasi dari pengetahuan yang ada yang didasarkan pada rasio dan kaidah-kaidah yang ada.Dengan ilmu pengetahuan kita dapat mengetahui sesuatu yang lebih jelas lagi.Bahkan dengan ilmu pengetahuan manusia memenuhi kodratnya yaitu sebagai khalifah di bumi.Karena dengan ilmu pengetahuanlah manusia dapat memanfaatkan semua fasilitas yang ada di bumi ini dengan sebaik-baiknya tanpa mengadakan perusakan.         
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup ini.Dia memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru, karena dia bukan sekedar hidup, namun lebih dari itu.Dengan ilmu pengetahuan, manusia mengembangkan kebudayaan, memberi makna pada kehidupan, dan memanusiakan diri dalam kehidupannya.Bahkan lebih luas lagi ilmu pengetahuan dapat membantu manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.
Pada masa modern sekarang ini, ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat.Muncul berbagai disiplin ilmu baru yang merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang sudah ada.Sehingga banyak manusia yang kebingungan untuk memilah ilmu mana yang seharusnya mereka pelajari untuk membantu mencapai tujuan mereka.Disamping itu juga terjadinya pembelajaran ilmu pengetahuan secara campuran yang mengakibatkan orang atau manusia kebingungan dengan karakteristik/klasifikasi dan tujuan ilmu yang mereka pelajari.
Maka dari itu Kami akan mengungkap mengenai karakteristik dan klasifikasi ilmu dalam Islam secara umum dan juga karakteristik dan klasifikasi masing-masing bidang ilmu pengetahuan. Namun sebelumnya Kami akan menampilkan dahulu mengenai karakteristik dan klasifikasi ilmu dalam Islam agar memudahkan Kami dalam menganalisis karakternya masing-masing, yang Kami ambil dari berbagai referensi yang ada dan juga dari pengetahuan dan pengalaman yang Kami miliki.

BAB II
KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI ILMU DALAM ISLAM

1.      pengertian ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan berasal dari dua kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Sebenarnya nama ini mengalami yang namanya redudensi peristilahan (words redudancy), yang tujuannya untuk lebih menegaskan suatu makna, seperti jatuh ke bawah, naik ke atas dan lain sebagainya.
Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ada dua term pengetahuan, yaitu “pengetahuan ilmiah” dan “Pengetahuan Biasa“. Pengetahuan Biasa (knowledge) diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan pikiran, pengalaman, pancaindera dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Sedangkan “Pengetahuan Ilmiah” (science) juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan obyek, cara yang digunakan dan kegunaan dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Baik Science atau knowledge pada dasamya keduanya merupakan hasil observasi pada fenomena alam atau fenomena sosial.
Ilmu, menurut An-Nabhani, adalah pengetahuan (knowledge, ma‘rifah) yang diperoleh melalui metode pengamatan (observation), percobaan (experiment), dan penarikan kesimpulan dari fakta empiris (inference).Contohnya adalah fisika, kimia, dan ilmu-ilmu eksperimental lainnya.Adapun tsaqâfah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode pemberitahuan (al-ikhbâr), penyampaian transmisional (at-talaqqi), dan penyimpulan dari pemikiran (istinbâth).Contohnya adalah sejarah, bahasa, hukum, filsafat, dan segala pengetahuan non-eksperimental lainnya.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan hanya sekedar penarikan kesimpulan dari fakta atau empiris yang melalui pengamatan.
Sementara itu secara istilah, ilmu terdapat beberapa pendapat, antara lain:
ü  Menurut Abdurrohman al akhdhori, ilmu adalah membuahkan pikiran akan arti dari sesuatu, contoh pisang, pikiran kita pasti dapat membayangkan arti dari kata pisang dalam pikiran.
ü  Menurut Ashley Montagu, ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan studi dan pengalaman untuk menemukan hakekat dan prinsip tentang sesuatu yang sedang dipelajari.
ü  Menurut Zakiah Darajat, ilmu adalah seperangkat rumusan pengembangan pengetahuan yang dilaksanakan secara obyektif, sistematis baik dengan pendekatan deduktif, maupun induktif yang dimanfaatkan untuk memperoleh keselamatan, kebahagiaan dan pengamanan manusia yang berasal dari Tuhan dan disimpulkan oleh manusia melalui hasil penemuan pemikiran oleh para ahli.
Zakiyah Darajat disini menganggap bahwa ilmu dengan ilmu pengetahuan itu sama, karena sebenarnya antara ilmu dengan ilmu  pengetahuan tersebut sama, hanya saja sebagaimana penulis terangkan diatas yaitu terjadi redudensi peristilahan.
Ilmu Pengetahuan : kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji/diverifikasi kebenarannya. Ada juga yang mengartikan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang (1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang (2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
Dalam konteks ilmu sosial, ilmu pengetahuan adalah akumulasi pengetahuan-pengetahuan yang telah lalu sehingga membentuk suatu bangunan tertentu yang bisa dibenarkan dan bisa disalahkan.





2.      Karakteristik Umum Ilmu Pengetahuan
Ciri Ilmu perlu memperhatikan dua aspek, yaitu : sifat ilmu dan klasifikasi ilmu. Mengenai sifat ilmu akan dibahas dalam subbab ini, sedangkan mengenai klasifikasi ilmu akan dibahas pada subbab selanjutnya.
Ilmu pengetahuan mempunyai sifat, antara lain:
ü  Sistematik
ü  Konsisten (antara teori satu dengan yang lain tak bertentangan)
ü   Eksplisit    (disepakati dapat secara universal, bukan hanya dikalangan kecil).
ü  Ilmiah, benar (pembuktian dengan metode ilmiah).
Disamping itu suatu ilmu pengetahuan mempunyai ciri lain yaitu:
ü  bukan satu, melainkan banyak (plural)
ü  bersifat terbuka (dapat dikritik)
ü  berkaitan dalam memecahkan.
Ciri khas nyata dari ilmu pengetahuan (science) yang tidak dapat diingkari meskipun oleh para ilmuwan adalah bahwa ia tidak mengenal kata “kekal”. Apa yang dianggap salah di masa silam misalnya, dapat diakui kebenarannya di abad modern. Pandangan terhadap persoalan-persoalan ilmiah silih berganti, bukan saja dalam lapangan pembahasan satu ilmu saja, tetapi terutama juga dalam teori-teori setiap cabang ilmu pengetahuan.Dahulu, misalnya, segala sesuatu diterangkan dalam konsep material (istilah-istilah kebendaan) sampai-sampai manusia pun hendak dikatagorikan dalam konsep tersebut.Sekarang ini terdapat psikologi yang membahas mengenai jiwa, budi dan semangat, telah mengambil tempat tersendiri dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dalam redaksi lain dikatakan ilmu pengetahuan mempunyai ciri-ciri umum yaitu:
ü  Obyek ilmu pengetahuan adalah empiris.
ü  Ilmu pengetahuan mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu mempunyai sistematika.
ü  Ilmu dihasilkan dari pengamatan, pengalaman studi dan pemikiran.
ü  Sumber segala ilmu adalah Tuhan, karena Dia yang menciptakannya.
Fungsi ilmu adalah untuk keselamatan, kebahagiaan, pengamanan manusia dari segala sesuatu yang menyulitkan.
Van Melsen mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu,  sebagaimana yang dikutip Rizal Muntasyir dan Misnal Munir, yaitu:
a)      Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai keseluruhan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis).
b)      Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan.
c)      Universalitas ilmu pengetahuan.
d)     Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
e)      Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
f)       Progresifitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
g)      Kritis, artinya tidak ada teori ilmiah yang difinitif, setiap teori terbuka bagi setiap peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
h)      Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan praktis.
Jadi setiap ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan bila memiliki ciri-ciri atau karakteristik umum diatas. Sementera itu mengenai karakteristik khusus ilmu pengetahuan setelah adanya klasifikasi ilmu pengetahuan akan diterangkan kemudian.




3.      Klasifikasi ilmu
Upaya mengklasifikasi ilmi penngetahuan telah berlangsumg selama berabad-abad di kalangan ilmuwan muslim. Ilmuan  Yunani talah melakukan  upaya ini yang kemudian dilanjutkan oleh ilmuan muslim pada masa berikutnya. Beberapa tipe klasifikasi telah dihasilkan dengan berbagai aspek  peninjauan dan penghayatan terhadap ilmu-ilmu yang berkembang. Di antaranya klasifikasikan oleh Al-Kindi (801-873 M), Al-Farabi (870-950 M), Al-Ghazali (1058-1111 M)  dan Ibn Khaldun (wafat 1406 M).
            Pada dasarnya ilmu itu dibagi atas dua bagian besar  yakni ilmu-ilmu tanziliyah yaitu ilmu-ilmu dikembangkan akal manusia terkait dengan nilai-nilai yang di turunkan allah baik dalam kitabnya maupunn hadis-hadis rasulullah saw, dan ilmu-ilmu kauniyah yaitu ilmu-ilmu yang dikembangkan akan manusia karena interaksinya karna alam.
            Bersumber pada Alqur’an dan Hadis, ilmu-ilmu tanziliyah telah berkembang sedemikian rupa ke dalam cabang-cabang yang sangat banyak di antaranya ulumul Quran, ulumul hadis, usul fiqh, tarikhul anbiya, sirah nabawiyah, dan lain-lainnya. Masing-masing ilmu tersebut melahirkan ilmu-ilmu, seperti dalam ulumul Quran  ada ilmu qiraat, ilmu asbabul nujul, ilmu tazwid dan lain-lainnya. Bersumber pada ayat-ayat Allah Swt. Di alam raya ini akal manusia melahirkan banyak sekali cabang-cabang ilmu.Ilmu-ilmu yang terkait dengan benda-benda mati melahirkan ilmu kealaman, terkait dengan peribadi manusia melahirkan ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora) dan terkait dengan interaksi antar manusia lahir ilmu-ilmu social.Ilmu kealaman melahirkan ilmu astronomi, fisika, kimia, biologi, dan lainya, Ilmu-ilmu humaniora melahirkan fisikologi, bahasa, dan lainnya.Ilmu-ilmu social melahirkan ilmu politik, ekonomi, hikum dan lainnya.
            Antara ilmu tanziliahdan kauniyah tidak bisa dipisahkan karna keduanya saling melengkapi bagi kehidupan manusia.Ilmu tanziliah berpungsi menuntut jalan kehidupan manusia, sedangkan ilmu kauniyah menjadi sarana manusia dalam memakmurkan alam ini.Kadang ada ayat Alquran atau teks-teks hadis memberikan rangsangari bagi manusia untuk lebih menekuni lagi ilmu-ilmu kauniyah.Sebaliknya ilmu-ilmu kauniyah dapat memperkuat bukti-bukti keagungan dan ke Esaan ayat-ayat Allah.





4.      Kewajiban Menuntut Ilmu
a.      Penghargaan Terhadap Ilmu
Penghargaan islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi sekali karna sesungguhnya hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu sendiri. Manusialah mahluk satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan.Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek.
Pertama, turunya wahyu pertama kepada rasululah SAW.:



Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmuyang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumbal darah. Bacalah, dan tuhanmu yang maha pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan apa yang tidak di ketahuinya. ( Al-Alaq,96 : 1-5).
           
            Ayat yang dimulai dengan perintah untuk membaca ini mencerminkan betapa pentingnya aktivitas itu bagi kehidupan manusia terutama dalam menangkap hakikat dirinya dan lingkungan alam disekitarnya.Membaca dalam arti yang luas adalah kerja jiwa dalam menangkap dan menghayati berbagai phenomena dalam dan sekitar diri hingga terpahami betul makna dan hakikatnya.Oleh karna itu aktivitas membaca tidak selalu terkait dengan seseorang yang bisa membaca tulisan-tulisan yang merupakan simbol-simbol dari bahasa. Ketika malakai Jibril menurukan Ayat ini Rasululah sendiri pada awalnya berkata
            “ Maa atia bigari ( saya tidak bisa membaca).
            (Hadis riwayat Buhari Muslim)
Sesungguhnya rasululah selama beberapa tahun, telah melakukan pembacaan terhadap keadaan disekitarnya. Beliau mengamati kondisi social masyarakat quraisy di kota mekah khususnya yang amat memperhatikan. Susunan kehidupan yang kacau serta rendahnya moralitas masyarakat telah membuat rasululah merasa cemas, sementara ia sendidri belum dapat menemukan jalan keluarnya. Pembacaan ini serrtdin tajam dan intinsif manakala akhirnya beliau memutuskan untuk bertahannus (Mendekan diri kepada Allah SWT untuk memperoleh jalan keluar yang benar) di Gua Hira. Al-quran menggambarkan :



Dan dia mendapatimu sebagai seseorang yang bingung, lalu dimemberi petunjuk ( Ad-Duhaa, 93:1)
            Kedua, banyaknya ayat Al-quran yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran, dan pemahaman.Ini menandakan bahwa manusia yang tidak mempungsikan kemampuan terbesar pada dirinya itu adalah manusia yang tidak berharga.



Mengapa kamu suruh orang lain (mengherkan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)-Mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Katab. Maka tidakkah kamu berpikir.(Al-baqarah,2:44)


Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan dia kepada kejadian (nya) maka apakah mereka tidak memikirkan? (Yaa siin, 36:68)


... Katakanlah:Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkannya? (Al-An’aam, 6:50)
            Ketiga, Allah swt.Memendang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan ponyensi akalnya sehingga mereka di sederajatkan dengan binatang bahkan lebih rendah lagi.Sebagaimana pembahasan di atas, otak binatang hanya memilih fungsi yang sangat terbatas dibandingkan manusia.Bahkan binatang yang paling primitif hanya memiliki otak yang berpungsi untuk mengatur proses-prosis fisiknya saja seperti pernapasan metalbolisme dan gerak tubuh.





            Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isimu neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (Ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata ( Tetapi ) tidak dipergunakanya untuk melihat (Tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga (Tetapi) tidak dipergunakanya untuk mendengar (Ayat-ayat Allah).Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang yang lalai.(Al-A’raaf, 7 : 179)
            Keempat, Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang bodoh. Kedua kelompok orang ini tidak sama. Hal ini disebabkan hanya dengan ilmulah seseorang dapat beramal dengan baik dan benar.




(Apakah kamu hai orang musrik yang lebih beruntung) atau kah orang beribadat diwaktu-waktu malam dengan sujut dan berdiri, sedang is takut pada (Azab) akhirat dan mengharap rahmat tuhannya ?katakanlah : Adakaha sama orang-orang mengetaui dengan orang-orang tidak mengetahui ?sesungguhnya orang yang berakalah yang dapat menerima pelajaran (Az-Zumar, 39:9)




Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu jiwa berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdrilah kamu. Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggalkan orang-orang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan(Al-Mujaadilah, 58 :11)

Kelima, Allah akan meminta pertanggung jawaban orang-orang yang melakukan sesuatu tidak berdasarkan ilmu. Teradisi ilmu ilmiyah dalam kehidupan seseorang muslim dengan demikian terjadi suatu keniscayaan.



Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak punyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hati semunyaa itu akan diminta pertanggung jawabanya.(Al-Israa, 17:36)

Keenam, pemahaman terhadap pemahaman agama harus berdasarkan ilmu. Seseorang muslim tidak boleh menerima ajaran yang tidak memiliki landasan ilmiyah yang kokoh. Selain itu ia juga harus memahami ajaran tersebut dengan pemehaman yang bener.



Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada tuhan (yang Haq) melaikan Allah dan mohonan ampunan bagi dosamu dan bagi (Dosa) orang-orang mukmin lain laid laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.(Muhammad, 47:19)



Allah mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selainya dan melakat-malaikat mengakui dan orang-orang berilmu yang tegak keadilan.(Ali-Imran, 3:18)

            Dalam ayat ini, Allah SWT memulai dengan dirinya sendiri, disusul dengan malaikat kemudian dengan orang-orang yang berilmu.Bagi manusia pemahaman tentang makna penyerahan diri kepada Allah hanya dapat dijangkau dengan ilmu pengetahua.

            Ketujuh, dalam menentukan orang-orang pilihan yang akan memimpin manusia kemuka bumi ini Allah melihat sisi keilmuanya jadi, ilmu adalah salah satu syarat kepemimpinan yang tidak boleh diabaikan. Sebagian manusia memandang kekayaan sebagai sebuah syarat kepemimpinan.Ini pendapat yang sangat lemah.






Nabi mereka mengatakan kepada mereka : “ sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu” mereka menjawab : “bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan dari padanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak” (Nabi mereka) berkaqta : “Sesungguhnya Allah telah melihatnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luasdan tubuh yang perkasa”. Allah memberika pemerintahan kepada siapa yang dikehendakinya. Dan Allah maha luas pemberianya lagi maha mengetahui.(Al-Baqarah, 2:247)
            Kedelapan, Allah mengajurkan kepada seorang yang beriman untuk senantiasa berdoa bagi pertambahan keluasan ilmunya. Sebagai implikasinya ia harus selalu belajar dan bekerja agar ilmunya terus bertambah .



Maka mahatinggi Allahraja yang sebenar-benarnya, dan jangan lah kamu tergesa-gesa membaca Alquran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu dan katakanlah: “ya tuhanku , tanbahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (Tahta, 20:114)
b.      Perintah menuntut ilmu
            Menurut ilmu adalah bagian yang sangat penting dari pengamalan ajaran islam. Ilmu menunjukan seseorang pada jalan kehidupan yang memberikan keyakinan.Ilmu juga diperlukan bagi pembangunan msyarakat karena pemanfaatannya dapat meningkatkan kemampuan produksi dalam berbagi sector kehidupan. Oleh karna itu dalam islam terdapat kewajiban untuk menuntut ilmubaik secara pribadi maupun kelompok.



Maka bertanyalah kamu kepada ahli ilmu jika kamu tidak mengetahui (sesuatu). (An-Nahl, 16:43)





Tidak sepatuhnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (kemedan perang). Mengapa tidak pula berangkat dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepedanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(At Taubah, 9:122)

Rasulullah bersabda:
Barang siapa menjalannisuatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugrahi Allah kepadanya jalan ke surge.(Hadis riwayat Muslim)Menuntut ilmu itu wajibatas tiap-tiap muslim.(Hadis riwayat, Ibnuh Majah)
c.       Model kewajiban
Ada ilmu-ilmu tertentu yang harus di kuasai oleh seseorang pribadi terkait dengan setatus dirinya sebagai seorang muslim dengan kondisi-kondisi yang menyertainya.
Seseorang yang telah mencapai usia balig ditandai dengan datangnya haid bagi seorang wanita dan mimpi bagi pria maka wajib bagi dirinya untuk bagi dirinya untuk mengetahui pokok-pokok ajaran agamanya. Ia wajib untuk memehami makna dua kalimat Shahadat: “Laailaaha illallahu, muhammadur rasuulullah”.
Kewajiban-kewajiban lainya datang menurut kondisinya. Jika waktu shalat datang ia wajib melaksanakan shalat. Jika Ramadan tiba ia wajib menjalankan ibadah puasa, maka wajib ia mempelajari ilmu puasa dan seterusnya. Kewajiban menuntut ilmu yang terkait dengan kepentiang tiap individu muslim sebagaimana dikabarkan diatas disebut dengan fardu ain.
      Dr Yusuf Qardawi menyebutkan empat macam ilmu yang termaksuk ke dalam fardu ain, yaitu:
ü  Ilmu mengenai aqidah yaqiniyah
ü  Ilmu yang membuat ibadah seseorang terhadap Tuhanya berjalan dengan benar sesuai dengan ketentuan yang diisyariatkan.
ü  Ilmu yang dengan jiwa dibersihkan, hati disucikan, segala fadilat (keutamaan) dikenal untuk kemudian diamalkan, dikenal pula radzilah (kenistaan)atau yang membinasakan untuk kemudian ditinggalakan dan dijaga.
ü  Ilmu yang mendisplinkan tingkah laku dalam hubungan seseorang dengan dirinya, keluarganya atau khalayak banyak, baik itu penguasa atau rakyat, muslim atau non muslim.





     


BAB III
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Ada 4 macam karakteristik pada ilmu sosial: Ontologi : Mengutamakan investigasi pada setiap fenomena bahwa apakah realita dapat berdiri sendiri atau berada dalam pemikiran kita saja. Epistemologi : Dasar pengetahuan tentang bagaimana mengerti dunia dan bagaimana mempelajari realita tersebut. Human Nature : Mempelajari hubungan antara manusia dan sesama manusia bahwa apakah tingkah laku manusia dapat dipastikan atau tidak. Metodologi : Gabungan dari ontological, epistomology, dan human nature yang berisi strategi untuk melakukan penelitian tersebut.
Dari 4 sifat dasar ilmu sosial, dipecah berdasarkan 2 pandangan dari sudut pandang subyektif dan obyektif.
Sudut Pandang Subyektif:  • Nominalisme : Asumsi bahwa realitas sosial adalah relatif dan dunia sosial di luar individu terbuat dari sekedar nama, konsep, label, yang membantu seseorang untuk membayangkan suatu kenyataan. • Anti-positivisme : Mencari di dunia sosial yang relatif dan hanya bisa dimengerti dari sudut pandang individu. • Voluntarisme : Berpandangan bahwa seseorang berpikir secara otomatis dan bebas. • Ideografis : Berdasar pandangan bahwa seseorang membuat, mengubah, dan mengerti dunia dengan mencari ilmu dengan investigasi secara subyektif. Sudut Pandang Obyektif : • Realisme : Asumsi bahwa dunia sosial di luar individu adalah dunia nyata yang terbentuk dari sesuatu yang keras, tidak berubah dan nyata. • Positivisme : Mencari penjelasan di dunia sosial dengan melihat segala aturan, parameter dan hubungan. Hal ini dapat dipahami dengan mengkotak-kotakkan suatu variabel tak terukur dan memberikan parameter ukuran pada variabel tersebut, kemudian membuat hubungan antar-variabel. • Determinisme : Berpandangan bahwa seseorang merupakan bagian yang diatur dan dipengaruhi oleh situasi dan lingkungan dimana ia berada. • Nomotetik : Berpandangan bahwa dengan menekankan pentingnya riset berprotokol dan sistematika yang baik untuk menganalisa hubungan dan keunikan antar elemen. Menggunakan tes kuantitatif seperti survey dan tes kepribadian.


B.     Saran
Dalam membuat makalah perlu mengetahui bahwa dalam membuat makalah mahasiswa masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dibidang penulisan dan penyusunanya.Kami harapkan kepada yang terhormat Bapak /Ibu Dosen dapat membekali Mahasiswa dalam pembuatan makalah sebagai tugas kuliah yang diberikan bapak/Ibu dosen sehingga mahasiswa membuat makalah kedepannya lebih baik dari sebelumnyadan mahasiswsiswa dapat lebih baik lagi dalam mempelajari Ilmu Agama















DAFTAR PUSAKA
ü  Ahmad, H.A Malik, Tahuid Membina Pribadi Muslim dan Masyarakat, Jakarta, Al-Hidayah, 1980
ü  Ali, Muhammad Daut, Prof, S.H, Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Perkasa, 1998
ü  Al-Bana, Hasan, Majmu ar-Rasaail, Mesir,Daaru ad-Dawah’, tt

ü  www.gooogle.com
Load disqus comments

0 comments