Makalah
tentang klasifikasi dan karakteristik ilmu
dalam islam
Di
susun
O
L
E
H
NAMA
: FEPRI SAPUTRA
NIM :
140170005
TEKNIK
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH
UTARA
TAHUN
AJARAN 2015
Segala puji
hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
Agama
sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan
umat manusia dapat dikaji melalui berbagai
sudut pandang. Islam sebagai agama yang
telah berkembang selama empat belas abad
lebih menyimpan banyak masalah yang perlu
diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan
pemikiran keagamaan maupun realitas sosial,
politik, ekonomi dan budaya.
Dalam penyusunan tugas atau
materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan Dengan
Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu dalam islam, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini
di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar.Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Malikussaleh.Saya sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing saya meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
saya di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari parapembaca.
Lhokseumawe, September 2014
Penulis
fepri saputra
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
1
BAB I PENDAHULUAN
1
A.
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
5
BAB II KARAKTERISTI
DAN KLASIFIKASI DALAM ISLAM
1
A.
PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN
5
B.
KARAKTERISTIK UMUM ILMU PENGETAHUAN 5
C.
KLASIFIKASI ILMU 5
D.
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU 5
1.
PENGHARGAAN TERHADAP ILMU 5
2.
PERINTAH MENUNTUT ILMU 5
3.
MODEL KEWAJIBAN 5
BAB III KESIMPULAN 1
1.
KESIMPULAN 5
2.
SARAN 5
DAFTAR PUSTAKA 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ilmu pengetahuan berkembang seiring
dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap.Ilmu
pengetahuan ini merupakan implementasi dari pengetahuan yang ada yang
didasarkan pada rasio dan kaidah-kaidah yang ada.Dengan ilmu pengetahuan kita
dapat mengetahui sesuatu yang lebih jelas lagi.Bahkan dengan ilmu pengetahuan
manusia memenuhi kodratnya yaitu sebagai khalifah di bumi.Karena dengan ilmu
pengetahuanlah manusia dapat memanfaatkan semua fasilitas yang ada di bumi ini
dengan sebaik-baiknya tanpa mengadakan perusakan.
Manusia mengembangkan pengetahuannya
untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup ini.Dia memikirkan hal-hal baru,
menjelajah ufuk baru, karena dia bukan sekedar hidup, namun lebih dari
itu.Dengan ilmu pengetahuan, manusia mengembangkan kebudayaan, memberi makna
pada kehidupan, dan memanusiakan diri dalam kehidupannya.Bahkan lebih luas lagi
ilmu pengetahuan dapat membantu manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.
Pada masa modern sekarang ini, ilmu
pengetahuan berkembang dengan sangat pesat.Muncul berbagai disiplin ilmu baru
yang merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang sudah ada.Sehingga banyak
manusia yang kebingungan untuk memilah ilmu mana yang seharusnya mereka
pelajari untuk membantu mencapai tujuan mereka.Disamping itu juga terjadinya
pembelajaran ilmu pengetahuan secara campuran yang mengakibatkan orang atau
manusia kebingungan dengan karakteristik/klasifikasi dan tujuan ilmu yang
mereka pelajari.
Maka dari itu Kami akan mengungkap mengenai
karakteristik dan klasifikasi ilmu dalam Islam secara umum dan juga
karakteristik dan klasifikasi masing-masing bidang ilmu pengetahuan. Namun
sebelumnya Kami akan menampilkan dahulu mengenai karakteristik dan klasifikasi
ilmu dalam Islam agar memudahkan Kami dalam menganalisis karakternya
masing-masing, yang Kami ambil dari berbagai referensi yang ada dan juga dari
pengetahuan dan pengalaman yang Kami miliki.
BAB
II
KARAKTERISTIK
DAN KLASIFIKASI ILMU DALAM ISLAM
1.
pengertian
ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan berasal dari dua
kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Sebenarnya nama ini mengalami yang namanya
redudensi peristilahan (words redudancy), yang tujuannya untuk lebih
menegaskan suatu makna, seperti jatuh ke bawah, naik ke atas dan lain
sebagainya.
Pengetahuan : Persepsi subyek
(manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ada dua term pengetahuan,
yaitu “pengetahuan ilmiah” dan “Pengetahuan Biasa“. Pengetahuan
Biasa (knowledge) diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti
perasaan pikiran, pengalaman, pancaindera dan intuisi untuk mengetahui sesuatu
tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Sedangkan “Pengetahuan Ilmiah”
(science) juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui
sesuatu, tetapi dengan memperhatikan obyek, cara yang digunakan dan kegunaan
dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah memperhatikan
obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis dari
pengetahuan itu sendiri. Baik Science atau knowledge pada dasamya keduanya
merupakan hasil observasi pada fenomena alam atau fenomena sosial.
Ilmu, menurut An-Nabhani, adalah
pengetahuan (knowledge, ma‘rifah) yang diperoleh melalui metode pengamatan
(observation), percobaan (experiment), dan penarikan kesimpulan dari fakta
empiris (inference).Contohnya adalah fisika, kimia, dan ilmu-ilmu eksperimental
lainnya.Adapun tsaqâfah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode
pemberitahuan (al-ikhbâr), penyampaian transmisional (at-talaqqi), dan
penyimpulan dari pemikiran (istinbâth).Contohnya adalah sejarah, bahasa, hukum,
filsafat, dan segala pengetahuan non-eksperimental lainnya.
Dari sini dapat diambil kesimpulan
bahwa pengetahuan hanya sekedar penarikan kesimpulan dari fakta atau empiris
yang melalui pengamatan.
Sementara itu secara istilah, ilmu terdapat beberapa
pendapat, antara lain:
ü Menurut
Abdurrohman al akhdhori, ilmu adalah membuahkan pikiran akan arti dari sesuatu,
contoh pisang, pikiran kita pasti dapat membayangkan arti dari kata pisang
dalam pikiran.
ü Menurut
Ashley Montagu, ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang
berasal dari pengamatan studi dan pengalaman untuk menemukan hakekat dan
prinsip tentang sesuatu yang sedang dipelajari.
ü Menurut
Zakiah Darajat, ilmu adalah seperangkat rumusan pengembangan pengetahuan yang
dilaksanakan secara obyektif, sistematis baik dengan pendekatan deduktif,
maupun induktif yang dimanfaatkan untuk memperoleh keselamatan, kebahagiaan dan
pengamanan manusia yang berasal dari Tuhan dan disimpulkan oleh manusia melalui
hasil penemuan pemikiran oleh para ahli.
Zakiyah Darajat disini menganggap
bahwa ilmu dengan ilmu pengetahuan itu sama, karena sebenarnya antara ilmu
dengan ilmu pengetahuan tersebut sama, hanya saja sebagaimana penulis
terangkan diatas yaitu terjadi redudensi peristilahan.
Ilmu Pengetahuan : kumpulan
pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan
yang berlaku universal dan dapat diuji/diverifikasi kebenarannya. Ada juga yang
mengartikan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang (1) disusun metodis,
sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari
kenyataan (realitas), dan yang (2) dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
Dalam konteks ilmu sosial, ilmu
pengetahuan adalah akumulasi pengetahuan-pengetahuan yang telah lalu sehingga
membentuk suatu bangunan tertentu yang bisa dibenarkan dan bisa disalahkan.
2.
Karakteristik Umum Ilmu Pengetahuan
Ciri Ilmu perlu memperhatikan dua
aspek, yaitu : sifat ilmu dan klasifikasi ilmu. Mengenai sifat ilmu akan
dibahas dalam subbab ini, sedangkan mengenai klasifikasi ilmu akan dibahas pada
subbab selanjutnya.
Ilmu pengetahuan mempunyai sifat, antara lain:
ü Sistematik
ü Konsisten
(antara teori satu dengan yang lain tak bertentangan)
ü Eksplisit (disepakati dapat
secara universal, bukan hanya dikalangan kecil).
ü Ilmiah,
benar (pembuktian dengan metode ilmiah).
Disamping itu suatu ilmu pengetahuan mempunyai ciri
lain yaitu:
ü bukan satu,
melainkan banyak (plural)
ü bersifat
terbuka (dapat dikritik)
ü berkaitan
dalam memecahkan.
Ciri khas nyata dari ilmu pengetahuan (science) yang
tidak dapat diingkari meskipun oleh para ilmuwan adalah bahwa ia tidak mengenal
kata “kekal”. Apa yang dianggap salah di masa silam misalnya, dapat diakui
kebenarannya di abad modern. Pandangan terhadap persoalan-persoalan ilmiah
silih berganti, bukan saja dalam lapangan pembahasan satu ilmu saja, tetapi
terutama juga dalam teori-teori setiap cabang ilmu pengetahuan.Dahulu,
misalnya, segala sesuatu diterangkan dalam konsep material (istilah-istilah
kebendaan) sampai-sampai manusia pun hendak dikatagorikan dalam konsep
tersebut.Sekarang ini terdapat psikologi yang membahas mengenai jiwa, budi dan
semangat, telah mengambil tempat tersendiri dan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia.
Dalam redaksi lain dikatakan ilmu pengetahuan
mempunyai ciri-ciri umum yaitu:
ü Obyek ilmu
pengetahuan adalah empiris.
ü Ilmu
pengetahuan mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu mempunyai sistematika.
ü Ilmu
dihasilkan dari pengamatan, pengalaman studi dan pemikiran.
ü Sumber
segala ilmu adalah Tuhan, karena Dia yang menciptakannya.
Fungsi ilmu adalah untuk keselamatan, kebahagiaan,
pengamanan manusia dari segala sesuatu yang menyulitkan.
Van Melsen mengemukakan beberapa ciri yang menandai
ilmu, sebagaimana yang dikutip Rizal Muntasyir dan Misnal Munir, yaitu:
a) Ilmu
pengetahuan secara metodis harus mencapai keseluruhan yang secara logis
koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus
(susunan logis).
b) Ilmu
pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab
ilmuwan.
c) Universalitas
ilmu pengetahuan.
d) Objektivitas,
artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh
prasangka-prasangka subjektif.
e) Ilmu
pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang
bersangkutan, karena ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
f) Progresifitas,
artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila
mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru
lagi.
g) Kritis,
artinya tidak ada teori ilmiah yang difinitif, setiap teori terbuka bagi setiap
peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
h) Ilmu
pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori
dengan praktis.
Jadi setiap ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai
ilmu pengetahuan bila memiliki ciri-ciri atau karakteristik umum diatas.
Sementera itu mengenai karakteristik khusus ilmu pengetahuan setelah adanya
klasifikasi ilmu pengetahuan akan diterangkan kemudian.
3.
Klasifikasi
ilmu
Upaya mengklasifikasi
ilmi penngetahuan telah berlangsumg selama berabad-abad di kalangan ilmuwan
muslim. Ilmuan Yunani talah
melakukan upaya ini yang kemudian
dilanjutkan oleh ilmuan muslim pada masa berikutnya. Beberapa tipe klasifikasi
telah dihasilkan dengan berbagai aspek
peninjauan dan penghayatan terhadap ilmu-ilmu yang berkembang. Di
antaranya klasifikasikan oleh Al-Kindi (801-873 M), Al-Farabi (870-950 M),
Al-Ghazali (1058-1111 M) dan Ibn Khaldun
(wafat 1406 M).
Pada
dasarnya ilmu itu dibagi atas dua bagian besar
yakni ilmu-ilmu tanziliyah yaitu ilmu-ilmu dikembangkan akal manusia
terkait dengan nilai-nilai yang di turunkan allah baik dalam kitabnya maupunn
hadis-hadis rasulullah saw, dan ilmu-ilmu kauniyah yaitu ilmu-ilmu yang
dikembangkan akan manusia karena interaksinya karna alam.
Bersumber
pada Alqur’an dan Hadis, ilmu-ilmu tanziliyah telah berkembang sedemikian rupa
ke dalam cabang-cabang yang sangat banyak di antaranya ulumul Quran, ulumul
hadis, usul fiqh, tarikhul anbiya, sirah nabawiyah, dan lain-lainnya.
Masing-masing ilmu tersebut melahirkan ilmu-ilmu, seperti dalam ulumul
Quran ada ilmu qiraat, ilmu asbabul
nujul, ilmu tazwid dan lain-lainnya. Bersumber pada ayat-ayat Allah Swt. Di
alam raya ini akal manusia melahirkan banyak sekali cabang-cabang
ilmu.Ilmu-ilmu yang terkait dengan benda-benda mati melahirkan ilmu kealaman,
terkait dengan peribadi manusia melahirkan ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora)
dan terkait dengan interaksi antar manusia lahir ilmu-ilmu social.Ilmu kealaman
melahirkan ilmu astronomi, fisika, kimia, biologi, dan lainya, Ilmu-ilmu
humaniora melahirkan fisikologi, bahasa, dan lainnya.Ilmu-ilmu social
melahirkan ilmu politik, ekonomi, hikum dan lainnya.
Antara
ilmu tanziliahdan kauniyah tidak bisa dipisahkan karna keduanya saling
melengkapi bagi kehidupan manusia.Ilmu tanziliah berpungsi menuntut jalan
kehidupan manusia, sedangkan ilmu kauniyah menjadi sarana manusia dalam
memakmurkan alam ini.Kadang ada ayat Alquran atau teks-teks hadis memberikan
rangsangari bagi manusia untuk lebih menekuni lagi ilmu-ilmu
kauniyah.Sebaliknya ilmu-ilmu kauniyah dapat memperkuat bukti-bukti keagungan
dan ke Esaan ayat-ayat Allah.
4. Kewajiban Menuntut Ilmu
a. Penghargaan Terhadap Ilmu
Penghargaan
islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi sekali karna sesungguhnya hal ini
merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu sendiri. Manusialah mahluk
satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu
pengetahuan.Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek.
Pertama,
turunya wahyu pertama kepada rasululah SAW.:
Bacalah
dengan (menyebut) nama tuhanmuyang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumbal darah. Bacalah, dan tuhanmu yang maha pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan apa yang tidak di ketahuinya.
( Al-Alaq,96 : 1-5).
Ayat yang
dimulai dengan perintah untuk membaca ini mencerminkan betapa pentingnya
aktivitas itu bagi kehidupan manusia terutama dalam menangkap hakikat dirinya
dan lingkungan alam disekitarnya.Membaca dalam arti yang luas adalah kerja jiwa
dalam menangkap dan menghayati berbagai phenomena dalam dan sekitar diri hingga
terpahami betul makna dan hakikatnya.Oleh karna itu aktivitas membaca tidak
selalu terkait dengan seseorang yang bisa membaca tulisan-tulisan yang
merupakan simbol-simbol dari bahasa. Ketika malakai Jibril menurukan Ayat ini
Rasululah sendiri pada awalnya berkata
“
Maa atia bigari ( saya tidak bisa membaca).
(Hadis
riwayat Buhari Muslim)
Sesungguhnya rasululah selama beberapa
tahun, telah melakukan pembacaan terhadap keadaan disekitarnya. Beliau
mengamati kondisi social masyarakat quraisy di kota mekah khususnya yang amat
memperhatikan. Susunan kehidupan yang kacau serta rendahnya moralitas masyarakat
telah membuat rasululah merasa cemas, sementara ia sendidri belum dapat
menemukan jalan keluarnya. Pembacaan ini serrtdin tajam dan intinsif manakala
akhirnya beliau memutuskan untuk bertahannus (Mendekan diri kepada Allah SWT
untuk memperoleh jalan keluar yang benar) di Gua Hira. Al-quran menggambarkan :
Dan
dia mendapatimu sebagai seseorang yang bingung, lalu dimemberi petunjuk (
Ad-Duhaa, 93:1)
Kedua,
banyaknya
ayat Al-quran yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran, dan pemahaman.Ini
menandakan bahwa manusia yang tidak mempungsikan kemampuan terbesar pada
dirinya itu adalah manusia yang tidak berharga.
Mengapa
kamu suruh orang lain (mengherkan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban)-Mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Katab. Maka tidakkah kamu
berpikir.(Al-baqarah,2:44)
Dan
barang siapa yang kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan dia kepada
kejadian (nya) maka apakah mereka tidak memikirkan? (Yaa siin, 36:68)
...
Katakanlah:Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu
tidak memikirkannya? (Al-An’aam, 6:50)
Ketiga,
Allah
swt.Memendang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan ponyensi akalnya
sehingga mereka di sederajatkan dengan binatang bahkan lebih rendah
lagi.Sebagaimana pembahasan di atas, otak binatang hanya memilih fungsi yang
sangat terbatas dibandingkan manusia.Bahkan binatang yang paling primitif hanya
memiliki otak yang berpungsi untuk mengatur proses-prosis fisiknya saja seperti
pernapasan metalbolisme dan gerak tubuh.
Dan
sesungguhnya kami jadikan untuk isimu neraka jahanam kebanyakan dari jin dan
manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami
(Ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata ( Tetapi ) tidak dipergunakanya
untuk melihat (Tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga
(Tetapi) tidak dipergunakanya untuk mendengar (Ayat-ayat Allah).Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang
yang lalai.(Al-A’raaf, 7 : 179)
Keempat, Allah memandang lebih tinggi
derajat orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang bodoh. Kedua kelompok
orang ini tidak sama. Hal ini disebabkan hanya dengan ilmulah seseorang dapat
beramal dengan baik dan benar.
(Apakah
kamu hai orang musrik yang lebih beruntung) atau kah orang beribadat
diwaktu-waktu malam dengan sujut dan berdiri, sedang is takut pada (Azab)
akhirat dan mengharap rahmat tuhannya ?katakanlah : Adakaha sama orang-orang
mengetaui dengan orang-orang tidak mengetahui ?sesungguhnya orang yang
berakalah yang dapat menerima pelajaran (Az-Zumar, 39:9)
Hai
orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu jiwa berlapang-lapanglah
dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan berdrilah kamu. Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggalkan orang-orang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
maha mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan(Al-Mujaadilah, 58 :11)
Kelima,
Allah
akan meminta pertanggung jawaban orang-orang yang melakukan sesuatu tidak
berdasarkan ilmu. Teradisi ilmu ilmiyah dalam kehidupan seseorang muslim dengan
demikian terjadi suatu keniscayaan.
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak punyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hati semunyaa itu akan diminta
pertanggung jawabanya.(Al-Israa, 17:36)
Keenam,
pemahaman
terhadap pemahaman agama harus berdasarkan ilmu. Seseorang muslim tidak boleh
menerima ajaran yang tidak memiliki landasan ilmiyah yang kokoh. Selain itu ia
juga harus memahami ajaran tersebut dengan pemehaman yang bener.
Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada tuhan (yang Haq) melaikan Allah dan
mohonan ampunan bagi dosamu dan bagi (Dosa) orang-orang mukmin lain laid laki
dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat
tinggalmu.(Muhammad, 47:19)
Allah
mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selainya dan melakat-malaikat
mengakui dan orang-orang berilmu yang tegak keadilan.(Ali-Imran, 3:18)
Dalam
ayat ini, Allah SWT memulai dengan dirinya sendiri, disusul dengan malaikat
kemudian dengan orang-orang yang berilmu.Bagi manusia pemahaman tentang makna
penyerahan diri kepada Allah hanya dapat dijangkau dengan ilmu pengetahua.
Ketujuh, dalam menentukan orang-orang
pilihan yang akan memimpin manusia kemuka bumi ini Allah melihat sisi
keilmuanya jadi, ilmu adalah salah satu syarat kepemimpinan yang tidak boleh
diabaikan. Sebagian manusia memandang kekayaan sebagai sebuah syarat
kepemimpinan.Ini pendapat yang sangat lemah.
Nabi
mereka mengatakan kepada mereka : “ sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut
menjadi rajamu” mereka menjawab : “bagaimana Thalut memerintah kami, padahal
kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan dari padanya, sedang dia pun tidak
diberi kekayaan yang banyak” (Nabi mereka) berkaqta : “Sesungguhnya Allah telah
melihatnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luasdan tubuh yang
perkasa”. Allah memberika pemerintahan kepada siapa yang dikehendakinya. Dan
Allah maha luas pemberianya lagi maha mengetahui.(Al-Baqarah, 2:247)
Kedelapan,
Allah mengajurkan kepada seorang yang beriman untuk senantiasa berdoa bagi
pertambahan keluasan ilmunya. Sebagai implikasinya ia harus selalu belajar dan
bekerja agar ilmunya terus bertambah .
Maka
mahatinggi Allahraja yang sebenar-benarnya, dan jangan lah kamu tergesa-gesa
membaca Alquran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu dan katakanlah:
“ya tuhanku , tanbahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (Tahta, 20:114)
b. Perintah menuntut ilmu
Menurut
ilmu adalah bagian yang sangat penting dari pengamalan ajaran islam. Ilmu
menunjukan seseorang pada jalan kehidupan yang memberikan keyakinan.Ilmu juga
diperlukan bagi pembangunan msyarakat karena pemanfaatannya dapat meningkatkan
kemampuan produksi dalam berbagi sector kehidupan. Oleh karna itu dalam islam
terdapat kewajiban untuk menuntut ilmubaik secara pribadi maupun kelompok.
Maka
bertanyalah kamu kepada ahli ilmu jika kamu tidak mengetahui (sesuatu).
(An-Nahl, 16:43)
Tidak
sepatuhnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (kemedan perang). Mengapa
tidak pula berangkat dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang
untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepedanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya.(At Taubah, 9:122)
Rasulullah
bersabda:
Barang
siapa menjalannisuatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugrahi Allah
kepadanya jalan ke surge.(Hadis riwayat Muslim)Menuntut ilmu itu wajibatas
tiap-tiap muslim.(Hadis riwayat, Ibnuh Majah)
c. Model kewajiban
Ada ilmu-ilmu tertentu
yang harus di kuasai oleh seseorang pribadi terkait dengan setatus dirinya
sebagai seorang muslim dengan kondisi-kondisi yang menyertainya.
Seseorang yang telah
mencapai usia balig ditandai dengan datangnya haid bagi seorang wanita dan
mimpi bagi pria maka wajib bagi dirinya untuk bagi dirinya untuk mengetahui
pokok-pokok ajaran agamanya. Ia wajib untuk memehami makna dua kalimat
Shahadat: “Laailaaha illallahu, muhammadur rasuulullah”.
Kewajiban-kewajiban
lainya datang menurut kondisinya. Jika waktu shalat datang ia wajib
melaksanakan shalat. Jika Ramadan tiba ia wajib menjalankan ibadah puasa, maka
wajib ia mempelajari ilmu puasa dan seterusnya. Kewajiban menuntut ilmu yang
terkait dengan kepentiang tiap individu muslim sebagaimana dikabarkan diatas
disebut dengan fardu ain.
Dr Yusuf Qardawi menyebutkan empat macam ilmu yang termaksuk ke
dalam fardu ain, yaitu:
ü Ilmu
mengenai aqidah yaqiniyah
ü Ilmu
yang membuat ibadah seseorang terhadap Tuhanya berjalan dengan benar sesuai
dengan ketentuan yang diisyariatkan.
ü Ilmu
yang dengan jiwa dibersihkan, hati disucikan, segala fadilat (keutamaan) dikenal untuk kemudian diamalkan, dikenal pula radzilah (kenistaan)atau yang
membinasakan untuk kemudian ditinggalakan dan dijaga.
ü Ilmu
yang mendisplinkan tingkah laku dalam hubungan seseorang dengan dirinya, keluarganya
atau khalayak banyak, baik itu penguasa atau rakyat, muslim atau non muslim.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Ada 4 macam karakteristik pada ilmu
sosial: Ontologi : Mengutamakan investigasi pada setiap fenomena bahwa apakah
realita dapat berdiri sendiri atau berada dalam pemikiran kita saja.
Epistemologi : Dasar pengetahuan tentang bagaimana mengerti dunia dan bagaimana
mempelajari realita tersebut. Human Nature : Mempelajari hubungan antara
manusia dan sesama manusia bahwa apakah tingkah laku manusia dapat dipastikan
atau tidak. Metodologi : Gabungan dari ontological, epistomology, dan human
nature yang berisi strategi untuk melakukan penelitian tersebut.
Dari 4 sifat dasar ilmu sosial, dipecah berdasarkan 2
pandangan dari sudut pandang subyektif dan obyektif.
Sudut Pandang Subyektif: •
Nominalisme : Asumsi bahwa realitas sosial adalah relatif dan dunia sosial di
luar individu terbuat dari sekedar nama, konsep, label, yang membantu seseorang
untuk membayangkan suatu kenyataan. • Anti-positivisme : Mencari di dunia
sosial yang relatif dan hanya bisa dimengerti dari sudut pandang individu. •
Voluntarisme : Berpandangan bahwa seseorang berpikir secara otomatis dan bebas.
• Ideografis : Berdasar pandangan bahwa seseorang membuat, mengubah, dan
mengerti dunia dengan mencari ilmu dengan investigasi secara subyektif. Sudut
Pandang Obyektif : • Realisme : Asumsi bahwa dunia sosial di luar individu
adalah dunia nyata yang terbentuk dari sesuatu yang keras, tidak berubah dan
nyata. • Positivisme : Mencari penjelasan di dunia sosial dengan melihat segala
aturan, parameter dan hubungan. Hal ini dapat dipahami dengan
mengkotak-kotakkan suatu variabel tak terukur dan memberikan parameter ukuran
pada variabel tersebut, kemudian membuat hubungan antar-variabel. •
Determinisme : Berpandangan bahwa seseorang merupakan
bagian yang diatur dan dipengaruhi oleh situasi dan lingkungan dimana ia
berada. • Nomotetik : Berpandangan bahwa dengan menekankan pentingnya riset
berprotokol dan sistematika yang baik untuk menganalisa hubungan dan keunikan
antar elemen. Menggunakan tes kuantitatif seperti survey dan tes kepribadian.
B.
Saran
Dalam membuat makalah perlu mengetahui bahwa dalam membuat makalah
mahasiswa masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dibidang penulisan dan
penyusunanya.Kami harapkan kepada yang terhormat Bapak /Ibu Dosen dapat
membekali Mahasiswa dalam pembuatan makalah sebagai tugas kuliah yang diberikan
bapak/Ibu dosen sehingga mahasiswa membuat makalah kedepannya lebih baik dari
sebelumnyadan mahasiswsiswa dapat lebih baik lagi dalam mempelajari Ilmu Agama
DAFTAR PUSAKA
ü Ahmad,
H.A Malik, Tahuid Membina Pribadi Muslim dan Masyarakat, Jakarta, Al-Hidayah, 1980
ü Ali,
Muhammad Daut, Prof, S.H, Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo
Perkasa, 1998
ü Al-Bana,
Hasan, Majmu ar-Rasaail, Mesir,Daaru ad-Dawah’, tt
ü www.gooogle.com
0 comments